Sabtu, 10 Oktober 2015

Kisah Dalam Saku Anak Kuliah


Sebagian orang mengatakan, masa sekolah adalah masa paling indah. Namun mungkin mereka lupa, dibalik beban lebih besar di dunia perkuliahan, terselip momen prestisius nan indah pula.

Tergantung dalam menjalankannya memang, jika hanya terpaut pada tuntutan nilai yang menyingkirkan ilmu serta pengalaman lain, kisahnya pasti akan sedikit. Tidak demikian dengan sebagian yang menghargai momen yang akan jadi kenangan berharga kelak.


Biasa seperti permulaan dalam pertemuan, ada pengenalan, sosok-sosok misterius dari berbagai kalangan muncul menghadiri dunia baru yang mau tak mau pandai disesuaikan agar berjalan dengan baik.

Bisa terkesan biasa saja, namun tak jarang istimewa. Awalnya tak saling sapa, sampai kemudian lupa caranya melupakan. Pertemanan pun kerap dimulai dari hal tak disengaja, seperti suka pada dunia yang sama, atau yang terpaksa karena takut tak disapa.


Kepingan kenangan pun perlahan-lahan dimulai, dari acara perkumpulan sederhana, sampai berkelana ketempat bermakna bagi mereka. Tak hanya duduk memperhatikan para S2 dan S3 berbicara, namun berperan serta dalam tanggung jawab lain selain pada diri sendiri tentunya.

Pelbagai persoalan memang kerap menerjang laiknya ombak menghantam pesisir pantai, intrik, kontroversi serta emosi terbagi rata mengisi hari. Namun jika dipertemukan lagi, dengan canda tulus semua kembali berjalan mulus.


Tak lengkap rasanya tanpa membicarakan cinta, cinta kadang muncul tanpa sebab, bisa mengelabui siapa saja, terduga bahkan tak terduga. Waktu memang kerap menjadi penyangga kisah, apakah akan sama dikemudian nanti? Atau telah berbeda seperti sediakala?

Nilai positif layak di petik dan disyukuri , ada pembelajaran hidup, ada pengalaman berharga yang tentunya tak bisa untuk terlupa begitu saja. Apakah hanya terbawa suasana, atau memang begini adanya. Jumpa pada sampai tak ditentukan lagi, tatkala dunia sudah jadi milik kita. Dari kisah dalam saku anak kuliah. 

Benalu Rindu / Rindu Benalu (?)




Datang tak di undang, melepasnya malah sulit. Apa yang harus dilakukan jika sudah begini? Rasanya tidak ada yang bisa dilakukan. Mengingat rindu ini sudah terlalu jauh berjarak, sudah berwaktu terlalu lama. Si rindu pun sudah berubah drastis selepas terakhir bercengkrama bersama.

Terbesit fikiran dan hal aneh lain, dari bisa bertemu lepas rindu, sampai menebak nebak misteri masa depan yang belum waktunya terkuak. Rindu yang hanya sekali datang dan mudah hilang bukan merupakan rindu yang patut ditulis dalam lingkup seperti ini. Namun ini?

Apakah karena sudah terlalu lama? Rasanya masih ada yang lebih lama. Apakah karena jarak hubungan yang sudah terlalu jauh? Masih banyak yang lebih jauh. Yang paling berkesan dan banyak memberi pelajaran? Mungkin ini jawabannya.

Jika alasannya sudah ditemui, kembali kepada pertanyaan awal, apakah yang harus dilakukan? Semua terasa sangat sulit untuk memulai, mengingat perjalanan masing masing sudah terlampau berbeda arah dan semakin menjauh, meski masih saling pantau (kadang) (mungkin).


Kenapa harus saat ini, dalam jangka waktu beberapa ini? Apakah rindu itu suatu firasat? Firasat entah suatu saat membuat anggukan kepala tanda mengiyakan dan “oh”. Atau, hanya benalu dalam kisah pilu kehidupan masa lalu, terbawa rindu?